Luwu Timur, RedMOL.id - Proyek irigasi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) disorot.
Proyek irigasi yang berlangsung di Dusun Paobali, Desa Lumbewe, kecamatan Burau, kabupaten Luwu Timur nampak unik, besar diatas kecil di bawah, proyek jenis ini kerap dijuluki proyek kaki nyamuk.
Pengawas BBWS mengungkapkan bahwa pekerjaan proyek yang didokumentasikan tersebut telah dibenahi menurut pekerja, namun dokumentasi pembenahan tidak dapat diperlihatkan.
" Itu waktu saya dapat foto itu saya langsung ke lokasi, tapi katanya tukangnya sudah dibenahi, tapi kami tidak lihat dibenahi tidak ada juga dokumentasinya, kita mau paksakan bongkar, mereka bilang siapa mau kerja kembali kalau sesuai jadi saya diamkan," Ungkap Ade selaku pengawas proyek tersebut.
Tidak ada papan proyek terpasang di lokasi pekerjaan, Ade mengatakan bahwa memang papan informasi proyek tersebut tidak wajib untuk dipasang di lokasi kegiatan pasalnya proyek ini dikerjakan secara bertahap.
Menurutnya, tidak hanya wartawan yang mempertanyakan terkait keberadaan papan informasi proyek, namun masyarakat petani penerima manfaat pun kerap mempertanyakan sebagai bentuk pengawasan.
" Memang tidak ada papan proyek terpasang, karena ini kerjaan bertahap, bahkan petani disana juga sering sekali tanyakan ini saya hanya jawab memang tidak ada, karena ini swakelola Balai, kita hanya berhitung bertahap, kalau selesai tahap satu itu yang dibayar, biar selesai tahap dua kalau tahap satu belum, belum bisa dibayar," Katanya.
Ade membeberkan bahwa anggaran proyek ini per tahap itu sekitar Rp. 200 juta, untuk di Desa Lumbewe terdapat delapan tahap yang saat ini tengah berlangsung pekerjaannya.
Untuk volume pasangan batu ketebalan 35 centimeter dan 30 centimeter dengan ketebalan lantai 20 centimeter, sementara untuk panjang pekerjaan dalam satu tahap sekitar 150 meter sampai 160 meter.
" Kalau dari fotonya memang tidak sesuai, karena desainnya itu 35 centimeter dibawah, diatas 30 centimeter, tapi tukang bilang sudah dibenahi," Bebernya.
Masyarakat petani selaku penerima manfaat pun tidak terima dengan hasil pekerjaan tersebut bahkan mereka pernah menghentikan proyek tersebut lantaran ragu akan kualitasnya.
" Saya sudah pernah suruh hentikan ini pekerjaan karena hanya rusak-rusak saja pematang sawah saya tapi hasilnya juga begitu, kalau begini modelnya pekerjaan, tidak lama hancur lagi," Kesal Petani.
Terpisah, kepala Dinas Pertanian Luwu Timur, Amrullah Rasyid mengaku tidak pernah menerima laporan terkait adanya kegiatan proyek di area persawahan masyarakat tersebut.
